Skip to content
Home » Blog » Jangan Lupakan Bagianmu di Dunia!

Jangan Lupakan Bagianmu di Dunia!

Imam al-Qurthubi rahimahu-Llah dalam kitabnya at-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah, mengutip penafsiran menarik terhadap surat al-Qashas : 77

﴿ وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧ ﴾ ( القصص/28: 77)

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qasas/28:77)

Beliau mengatakan,

لَا تَنْسَ أَنَّكَ تَتْرُكُ جَمِيْعَ مَالِكَ إِلَّا نَصِيْبَكَ الَّذِي هُوَ الكَفَنُ

“Janganlah engkau lupa bahwasannya engkau akan meninggalkan seluruh hartamu kecuali bagianmu di dunia yaitu kain kafan” (at-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah : 127)

Penggalan tafsir dari imam al-Qurthubi rahimahu-Llah ini mengingatkan kita semua bahwa kematian merupakan suatu keniscayaan. Mau ataupun tidak, ia akan datang mengetuk waktu ajal siapapun yang dikehendaki oleh yang Maha Kuasa. Kematian itu tidak mengenal usia, jabatan ataupun pangkat. Kesehatan bukan berarti jauh dari kematain dan sakit bukan berarti dekat dengan kematian. Ia akan datang pada waktu yang telah digariskan oleh Allah Ta’ala di dalam Lauh Mahfuzh.

Seorang penyair pernah memberikan nasihat semisal tafsiran dari imam al-Qurthubi tersebut. Ia mengatakan,

نَصِيْبَكَ مِمَّا تَجْمَعُ الدَّهْرَ كُلَّهُ … رِدَاءَانِ تَلْوَى فِيْهِمَا وَحَنُوْطٌ

Bagianmu dari apa yang kamu kumpulkan diseluruh usia

Hanyalah dua selendang yang melingkari tubuh dan Balsam pengawet mayat”

Mengingat kematian merupakan diantara cara terbaik untuk mendorong beramal shalih. Dengan mengingat kematian seorang hamba akan bertambah rasa takutnya kepada Allah. Diantara ketakutan yang akan lahir adalah takut jika belum banyak berbekal untuk perjalanan akhirat dan belum banyak bertaubat terhadap dosa-dosa yang pernah dilakukan.

Anjuran mengingat kematian inipun telah diperintahkan oleh Nabi Saw. Dalam sabdanya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَاتِ يَعْنِي المَوْتَ

dari Abu Hurairah radliya-Llahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian” (H.R at-Tirmidzi no. 2229)

Terdapat tiga keutamaan menurut Imam ad-Daqqaq rahimahu-Llah Ketika seseorang memperbanyak mengingat kematian. Beliau mengatakan,

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ المَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: تَعْجِيْلِ التَّوْبَةِ وَقَنَاعَةِ القَلْبِ، وَنَشَاطِ العِبَادَةِ. وَمَنْ نَسِيَ المَوْتَ عُوِقِبَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: تَسْوِيْفِ التَّوْبَةِ، وَتَرْكِ الرِّضَى بِالكَفَافِ، وَالتَّكَاسُلِ فِي العِبَادَةِ

“Barang siapa yang memperbanyak mengingat kematian maka akan dimuliakan dengan tiga hal; Bersegera untuk bertaubat, Memiliki hati yang Qana’ah dan Rajin dalam beribadah. Dan barang siapa yang lupa terhadap kematian maka akan tersiksa dengan tiga hal; Menunda-nunda dalam bertaubat, tidak ridha pada kecukupan dan malas dalam beribadah” (Tadzkirah bi Umuuril Mauta wa Ahwalil Akhirah)

Kematian akan mengingatkan kita terhadap timbangan amal shalih. Ketika kita mengingat timbangan amal, maka kita akan segera memeriksa dosa-dosa yang pernah kita lakukan selama umur hidup kita. Sudahkah kita banyak beristighfar terhadap dosa itu? Sudahkah benar kita telah bertaubat terhadap dosa-dosa itu?. Begitupula kematian akan menguatkan pandangan kita kepada Alam akhirat. Ketika kuat pandangan kita terhadap akhirat, maka kenikmatan dunia apapun yang Allah berikan, kita akan berusaha menggunakannya sebaik mungkin untuk persiapan kematian kita. Besar atau kecil kenikmatan dunia itu sama saja jika kita memandang kebahagiaan hakiki itu adalah kelak nanti di akhirat. Begitupula dengan banyaknya kita mengingat hari kematian kita, maka ingatan ini akan mendorong kita untuk segera memperbanyak bekal ibadah untuk kebaikan kita kelak di akhirat. Inilah manfaat mengingat kematian!.

Ada beberapa cara agar kita dapat selalu mengingat kematian. Pertama dengan cara berziarah kubur. Anjuran berziarah kubur ini sebagaimana Nabi saw. Sampaikan,

قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُوْرِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الآخِرَةَ

dari Bapaknya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Saya pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi kuburan ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat mengingatkan akhirat.” (H.R at-Tirmidzi no. 974)

Ketika kita berziarah kubur kita akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri terkubur di dalam tanah. Kita pun kelak akan terkubur di dalam tanah sendiri, hanya amal shalih yang akan menyelamatkan kita.

Kedua dengan memperbanyak hadir ke majlis ilmu. Hati yang terbiasa menerima nasihat akan membuat hati itu menjadi lembut. Sedangkan hati yang lembut itu akan lebih cepat tersentuh dengan hal ihwal hari kiamat dan kematian. Nabi saw, memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang berada di majlis ilmu sebagaimana berikut.

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 4867)

Ketiga; dengan menyaksikan orang yang meninggal. Suatu waktu kita akan berada di dalam kain kafan dan ditandu oleh sanak keluarga masuk ke dalam liang lahad. Imam Ibnu Rajab mengatakan,

فَإِنَّ فِي النَّظَرِ إِلَى المَيِّتِ وَمُشَاهَدَةِ سَكَرَاتِهِ، وَنَزْعَاتِهِ، وَتَأَمَّلَ صُوْرَتَهُ بَعْدَ مَمَاتِهِ، مَا يَقْطَعُ عَنِ النُّفُوْسِ لَذَاتِهَا، وَيَطْرَدُ عَنِ القُلُوْبِ مَسَرَّاتِهَا، وَيَمْنَعُ الأَجْفَانَ مِنَ النَّوْمِ، وَالأَبْدَانِ مِنَ الرَّاحَةِ، وَيَبْعَثُ عَلَى العَمَلِ، وَيَزِيْدُ فِي الِاجْتِهَادِ وَالتَّعَبِ

“Sungguh menyaksikan jenazah, orang yang sedang sekarat Ketika dicabut nyawa dan mereniungkan gambaran setelah kematiaanya terdapat penghalang yang akan memutus berbagai kelezatan dan mengeluarkan kesenangan-kesengan di dalam hati, Manahan pelupuk mata untuk tertidur, menahan badan untuk beristirahat, membangkitkan hati untuk beramal dan menambah kesungguhan dalam beribadah” (at-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *